2.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Coaching

 

A.  Pendahuluan

Menurut Ki Hajar Dewantara, seorang guru semestinya mampu menjadi pamong, mendidik dengan welas asih sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan si anak. Sistem pendidikan yang terbaik adalah yang mampu menumbuhkan disiplin dan pemahaman mengenai kesejatian hidup dari dalam diri siswa sendiri.

Hal tersebut tidak dapat dicapai melalui metode yang menekankan pada perintah, paksaan, dan hukuman seperti yang umum dipakai oleh pendidikan kolonial Belanda.

Sistem among memberikan kesempatan seluas-luasnya pada kemandirian siswa. Peserta didik didorong untuk mengembangkan disiplin diri yang sejati, melalui pengalaman, pemahaman, dan upayanya sendiri. Yang terpenting adalah menjaga agar kesempatan ini tidak membahayakan si anak atau mengancam keselamatan orang lain.

Dalam sistem among, guru memiliki tiga fungsi utama. Di depan, ia menjadi teladan atau contoh yang baik bagi para murid. Di tengah, menjadi pendorong atau pemberi semangat. Dan, di belakang mengamati kemajuan para murid.

Ki Hajar Dewantara juga menekankan agar para guru mendorong murid-muridnya agar mengikuti jalur yang benar dengan cara mengilhami dan memotivasi mereka dengan pikiran yang tepat.

Begitu para murid bergerak di jalur yang benar, hendaknya guru berusaha untuk mengupayakan setiap peluang kemajuan bagi mereka tanpa banyak campur tangan. Selanjutnya para guru tinggal mengamati kemajuan mereka.

Dengan demikian, pendidikan akan menghasilkan manusia yang merdeka, yang berkembang secara utuh dan selaras dalam segala aspek kemanusiaannya serta mampu menghargai dan menghormati manusia lain.

Pada era gadget ini sebagai media pembelajaran untuk para digital native, ternyata murid justru mampu melakukan banyak eksplorasi pembelajaran. Ada banyak hal yang justru generasi Z ini lebih banyak tahu, jika dahulu generasi memerlukan waktu seminggu untuk mengerjakan sebuah tugas multimedia, generasi zaman ‘now’ dengan media yang ada hanya memerlukan waktu lebih singkat.

Di sinilah dibutuhkan keberanian bagi para pendidik untuk berani merefleksikan kembali perannya di depan kelas. Upaya merefleksikan kembali filosofi Ki Hadjar Dewantara penting untuk dilakukan. Di depan memberi panutan, di tengah memberi semangat dan di belakang mampu mendorong masih sangat relevan.

Peran seorang guru di era industri 4.0 ini, tambahnya, dalam menghantarkan generasi yang kuat dan berkarakter tidak tergantikan oleh apapun yang sifatnya material. Metode pendidikan yang digunakan Ki Hajar Dewantara pada Perguruan Taman Siswa disebut sistem among. Isinya terangkum dalam asas yang sangat masyhur, yaitu ing ngarso sung tuladha, in madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Pendekatan terbaik yang dilakukan oleh seorang guru adalah pendekatan hati. Pendekatan hati tidak akan terhalang oleh waktu, ruang, dan materi. Sentuhan hati akan mudah mengendap dalam jiwa manusia tidak ada yang bisa menggantikannya. Hal ini sesuai dengan persepsi filsafat KHD bagaimana seorang manusia memanusiakan manusia.

Tugas guru  tidak sebatas membuat murid menjadi pintar namun juga memberi motivasi, membangun karakter sehingga menjadi insan atau pribadi yang berintegritas.

Tugas guru selain memberikan motivasi juga menjadi filter dari beragam literasi media yang ditemukan murid agar tidak mengarah pada hasil yang kontra produktif sebab pendidik harus mampu melahirkan generasi kreatif, inovatif, mampu menjawab tantangan dengan sumber-sumber yang kredible, sesuai aturan ilmiah dan juga menjunjung tingg etika. Dari sini diharapkan bermunculan generasi ‘kekinian’ yang mampu menjawab setiap tantangan yang muncul di eranya dengan berkarakter dan berintegritas. Unggul dalam akademik maupun afektif, sehingga tercipta perkembangan yang seimbang.

 

B.   Coaching Sebagai Solusi Dalam Pembelajaran Di Masa Pandemi

Coachng adalah salah satu proses yang digunakan untuk membantu pengembangan diri  maupun organisasi yang berbeda dengan mentoring, konsultasi. Coaching didefinisikan sebagai kerjasama (partnership) antara  klien (coachee) dan coach dalam dialog untuk merangsang cara berpikir dan proses kreatif yang menginspirasi  coachee untuk memaksimalkan potensi pribadi murid.

Pembelajaran berdiferensiasi (PB) merupakan proses siklus mencari tahu tentang murid dan merespons belajarnya berdaarkan perbedaan. Ketika guru terus  belajar tentang keberagaman muridnya, maka pembelajaran yang profesional, efesien, dan efektif akan terwujud.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.

Secara rinci pengertian pembelajaran berdiferensiasi sebagai berikut:

1.    Fleksibel, murid belajar dengan        teman sebaya yang sama atau berbeda kemampuan sesuai dengan kekuatan dan minatnya.

2.    Memberikan tugas belajar sesuai dengan minat dan kesiapan belajar murid, namun  tetap mengacu kepada tujuan Pembelajaran

3.    Pembelajaran yang didasarkan  pada asesmen dan kebutuhan belajar.

4.    Murid belajar berdasarkan tujuan kurikulum yang sama namun menggunakan krietria keberhasilan yang bervariasi 

5.    Murid menentukan sendir        cara belajarnya

6.   Kegiatan pembelajaran terstruktur.

Dalam Pembelajaran Sosial Emosonal (PSE) mengenal adanya kompetensi sosial dan emosional yaitu kemampuan untuk memahami, mengelola dan mengekspresikan aspek-aspek sosial dan emosional kehidupan seseorang, dengan demikian seorang anak mampu meraih keberhasilan, melaksanakan tugas sehari-hari seperti belajar, membentuk hubungan/ berinterkasi, memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, dan beradaptasi dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks. Ini mencakup kesadaran diri, kontrol impulsif, bekerja kooperatif, dan peduli tentang  diri sendiri dan orang lain.

Menurut Jean Gross, pembelajaran sosial emosional adalah proses pembelajaran yang dilalui oleh anak untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, dan skill untuk mengenal dan mengatur emosi, menyusun dan mencapai tujuan positif, mempertunjukkan kepedulian dan perhatian pada orang lain, menciptakan dan memelihara    hubungan yang baik, membuat keputusan yang dipertanggungjawabkan, dan mampu menangani situasi interpersonal secara efektif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa baik PB, PSE dan coaching adalah pendekatan komplementer untuk memperkuat kemampuan/potensi seseorang dalam memahami, mengelola, dan mengekspresikan aspek-aspek sosial dan emosional kehidupan dan untuk mengorganisir   tndakan dengan cara yang positif, dengan cara  tepat untuk mencapai tujuan. pembelajaran sosial emosional dan coachng mendukung kemampuan anak untuk berhasil mengelola tugas kehidupan sehari-harinya seperti belajar, membentuk hubungan, memecahkan masalah sehari-hari, dan beradaptasi dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks.

Goleman (dalam Elias, 1997) menjelaskan kecerdasan emosional terdiri dari lima bidang, yaitu 1) self-awareness; mengenal perasaan (kesadaran) karena berada dalam situasi kehidupan nyata; 2) managing emotions; mengatur emosi dengan perasaan yang kuat sehingga tidak kewalahan dan terbawa oleh emosi, 3) self-motivation; motivasi diri yang berorientasi pada tujuan dan mampu menyalurkan emosi ke arah hasil yang diinginkan, 4) empathy and perspective-taking; berempati dan mengenali emosi dan memahami sudut pandang orang lain, 5) social skills, kemampuan menjaga hubungan di lingkungan sosial.

Kelima area intelejensi sosial tersebut dijadikan sebagai kompetensi kunci yang dapat dikembangkan, dipraktikkan dan dikuatkan dalam pembelajaran sosial emosional (Elias, 1997). Karena dengan mengembangkan kelima kompetensi tersebut akan melahirkan berbagai sifat-sifat positif dan keterampilan-keterampilan sosial lainnya. Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan karakter-karakter unggul yang dibutuhkan anak pada setiap sisi kehidupannya untuk bisa hidup aman dan nyaman dengan orang lain.

Pada masa pandemic ini banyak guru mengeluhkan kesulitan mengontrol proses belajar murid di masa pandemi karena tak berada  di tempat yang sama dengan para murid, selain itu juga dalam penyediaan layanan  pendidikan mengubah bentuk pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring atau jarak  jauh Termasuk keluhan para guru diantaranya, murid yang  tidak konsentrasi selama pembelajaran via zoom, murid yang tidur, tidak menyalakan kamera,  dsb. Kehadiran pandemi secara mendadak di seluruh dunia, menimbulkan ketidaksiapan semua  pihak menghadapi perubahan. Termasuk guru, murid, dan orang tua. Apakah kini proses belajar  murid masih efektif? Dan apakah selama ini proses belajar efektif, jika ternyata murid tak bisa  belajar tanpa pengawasan langsung para guru? Apakah selama ini murid belajar untuk guru, atau  untuk dirinya sendiri? “Too much instruction makes young people too dependent on the teacher.” (Abbott &  Ryan, 2000 dalam Turnbull, 2009).

Tampaknya selama ini proses belajar murid sangat terpaku  pada instruksi guru dan sekolah. Murid sebagai individu yang menjalani proses pendidikan dan  proses belajar kurang diberdayakan. Kita terlalu berfokus menyerahkan pendidikan ke tangan  “sekolah”. Kita lupa, bahwa pusat pendidikan bukanlah sekolah atau universitas, melainkan diri  murid sendiri, sebagai individu yang menjalani pendidikan. 

Dampak krisis terhadap proses belajar dalam pendidikan akan berkurang, seandainya  selama ini kita sibuk merangsang kemampuan dan kemauan belajar dari dalam diri murid serta  membantu murid menjadi pembelajar mandiri, dan bukan sibuk “menyuapi” murid dengan materi  dan target kurikulum semata. Pandemi ini mengajarkan kita untuk membantu murid kita “belajar makan sendiri” dan bukannya terus “menyuapi”. 

Coaching dapat merangsang proses berpikir murid dengan pertanyaan. Namun lebih dari  itu, coaching juga membangun kesadaran diri dan menggali potensi terdalam dari diri murid  sehingga dengan itu, murid dapat mengembangkan dirinya, tidak hanya dalam pelajaran, namun  juga dalam proses pengembangan dirinya secara utuh.   

Coaching membantu murid dan individu untuk berpikir dalam tingkatan yang lebih dalam  dan lebih tinggi, seorang coach akan lebih berfokus untuk membantu  individu terlibat secara penuh dalam proses berpikir terkait dengan apa yang menjadi tujuan  individu tersebut.

Jika dikaitkan dengan proses pendidikan secara umum, implemntasi coaching dalam  komunitas pendidikan akan membantu mengubah pola pikir guru, dari “menyuapi” menjadi  “memberdayakan” murid untuk menjadi individu pembelajar mandiri yang sesuai dengan pemkiran Ki Hajar Dewantara  bahwa anak bukan lah tabula rasa. Peran kta sebagai guru harus sebagai among yang menuntun, memelihara, merawat dan menjaganya. Adapun dikaitkan dengan tuntutan evaluas hasil belajarnya sebandng dengan passon murid yang mereka tetntukan sendiri melalaui tes dignostik untuk dapata mengetahui kesiapan belajar, profil belajar murid dan minanya.

Pembelajaran sosial emosional yang menyatakan bahwa pendidikan harus berpihak pada murId yaitu kompetensi kesadaran sosial dengan skill yang harus dimiliki berupa Pengambilan atau melihat dari perspektif: kemampuan ini berkaitan erat dengan pemahaman dari sudut pandang yang berbeda di kondisi dan situasi tertentu. Anak perlu belajar untuk mencoba memahami situasi yang berbeda untuk memahami kondisi sekitarnya. Empati berkaitan dengan memahami apa perasaan orang lain karena seakan menempatkan diri di posisi orang tersebut. Mengapresiasi dan menghormati perbedaan yang dimiliki antar individu. Jadi, anak Anda tidak membeda-bedakan orang berdasarkan pada asalnya, bahasanya, kulit tubuhnya, kondisinya, jenis kelaminnya, kepercayaannya terutama saat berteman.

Menghormati orang lain dengan pikiran terbuka dan tidak sembarangan melakukan penghakiman atas kondisi tertentu. Dalam melatih anak, cobalah untuk memulai untuk mengajarkan pada anak untuk tidak saling membenci. Anda juga bisa menunjukkan dengan tindakan bagaimana cara menghormati dan berpikiran terbuka.

Sebagai langkah awal yang harus dilakukan adalah memetakan kebutuhan murid. Dalam kondisi pembelajaran jarak jauh (PJJ), pemetaan kebutuhan dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan virtual (misalnya menggunakan Google Meet, Zoom, dan telegram) di awal pembelajaran untuk mengenal murid, sehingga minimal kita dapat mengetahui sedikit karakter murid. Jika tidak semua murid dapat mengikutinya, maka guru dapat membuat instrumen pemetaan misalnya berupa angket yang berisi asesmen diagnostik awal, gaya belajar murid, dan kendala yang mereka hadapi. Ini bertujuan untuk memetakan kesiapan belajar murid, minat, dan profil belajar murid.

 

C.     Pemikiran KHD terhadap Pembelajaran Berdiferensasi. Pendidikan Sosial Emosonal dan Coaching

PSE mengutamakan Pendidikan karakter begtu pula filosop KHD tentang Pendidikan mengemukakan pembelajaran holistik dalam filosofi budi pekerti (diambil dari Presentasi “Filsafat Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara, Syahril, 2020):

Sebagaimana pernyataan di pendahuluan bahwa pembelajaran sosial dan emosional adalah proses dimana anak-anak meningkatkan kemampuan mereka untuk mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tugas-tugas sosial yang penting. “Pendidikan Budi Pekerti berarti pembelajaran tentang batin dan lahir. Pembelajaran batin bersumber pada “Tri Sakti”, yaitu: cipta (pikiran), rasa, dan karsa (kemauan), sedangkan pembelajaran lahir yang akan menghasilkan tenaga/perbuatan.  Pembelajaran budi pekerti adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik. Hasil dari pembelajaran budi pekerti adalah bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan.”

Pada pembelajaran sosial dan emosional, mereka belajar untuk mengenali diri sendiri dan mengelola emosi mereka; membangun  hubungan yang sehat; menetapkan tujuan yang   positif; memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial; membuat keputusan yang bertanggung jawab, dan memecahkan masalah. Mereka diajarkan untuk menggunakan berbagai keterampilan kognitif dan interpersonal untuk mencapai secara etis tujuan yang relevan dan perkembangan sosial. Selanjutnya, mendukung diciptakan lingkungan untuk mendorong pengembangan dan penerapan keterampilan ini untuk beberapa pengaturan dan situasi. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran sosial emosional dapat meminimalisir prilaku-prilaku negatif dan menanamkan perilaku-perilaku positif sehingga terbentuknya karakter unggul pada anak. Kompetensi yang terdapat pad PSE sesuai dengan dasar-dasar Pendidikan nasonal berangkat dari pemikiran Ki Hajar Dewantara untuk diterapkan di jenjang SMA:

a.       Guru dapat menuntun (menjaga, memelihara) kekuatan kodrat baiknya yang akan mempengaruhinya baik kodrat alam dan zaman supaya anak anak dapat hidup mandri tanpa ketergantungan orang lain /bangsa lain (merdeka), pembelajar mandiri dimanapun anak berada

b.      Kodrta alam : self assessment/mengenal dirinya (msal : tiap semester siswa melakukan reflektif kritis untuk menilai sikap sendiri dan temannya memberi feedback), menemukan passion (orientasi pilihan hdup), potensi bakat minat proyeksi dri di masa depan, iswa menerima kesadaran jati diri (apa yang telah didapat dari semester ini)…sejauh apa siswa tahu manfaat dari apa yang dipelajaribukan enerima karena tuntututan kurkulum

c.       Kodrat Zaman: analsisis lingkungan (social, budaya, ekonomi, politik Pendidikan dll}

d.      Merdeka: menjadi dri sendiri, percaya diri, menjadi pembelajarseumur hidup, mandiri. Masa depan harus sesuai dengan cita ctanya tdak dipengarhi pihak lain

e.       Bermain: berkarya (individu/kolaborasi), tidak melulu kompetisi (menghapus ada anak bodoh dan anak pintar), ini merupakan metode PSE dalam membangun karakter anak

f.        Siswa sebagai subyek: berpihak pada siswa yang semuanya pribadi unik, siswa tidak harus bisa semua pelajaran

g.      Siwa bukan tabula rasa: menjadi mahaguru bag dirinya sendiri

h.      Budi pekerti: Integritas  (pikiran, hati, kehendak , tindakan nyata)

i.        Selamat dan bahagia: Ketika anak berada di sekolah siswa merasa bahagia, tingkat stress rendah karena kenginannnya terpenuhi, anak merasa puas ada kepuasan bathin juga dan menjaga anak agar anak  sehat secara fisik dan mental serta menjaga kualitas hidup yang baik.

Contoh:

Penerepan PSE, PB dan Coaching untuk murid SMA dalam membuat perjanjian self assessment untuk meraih passionnya:

1)      Membuat kesepakatan, harus berbagi peran guru dan anak, bahwa keberhaslan tergantung pada anak itu sendiri

2)      Mengarahkan siiswa dengan beberpa pertanyaan dengan mengingatkan kondisi anak bahwa anak sudah punya KTP sudah dewasa maka sudah saatnya kalain belajar mandiri, kalain memkirkan hiduo masa depan sendiri tidak selamanya tergantung kepada orang tua,.

Contoh ajuan pertanyaa guru

§  Kemandiran 10 tahun ke depan mau apa?

§  Kenapa punya barang itu?

§  Buat melancarkan usaha?

§  Usaha apa?. ( anak suruh pilih 3 dari passionya)

Kemudian guru mengarahkan anak untuk pertimbangkan minatnya (beri waktu anak untuk berpikir ( penerapan STOP dalam meraih passon murid)

Untuk mencapai minatnya ada yang melaui kuliah atau bekerja setelah SMA, maka anak mereka harus mepertimbangkan ( menggunakan konsep pembelajaran berdiferensiasi)

a.         Lingkungannya

b.        Keluarganya

c.         Sekolahnya

d.        Bakatnya

e.         Minat kesukaannya

 

Setelah kemandirian untuk masa depannya sudah muncul dari pilihan anak, usaha guru harus menyesuakan materi pelajaran sesuai kebutuhan anak dan minatnya supaya dalam proses pembelajaran berlangsung anak tidak terbebani

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kereeenn Bangeettt Pa Agus.... Menambah wawasan Kami Tentang Coaching... Sukses Terus ya Pa Agus...

      Hapus
    2. Siap bu Rina...sama sama belajar sajah yah

      Hapus
  2. Sangat inspiratif mdh2n bisa memberi imbas yg baik buat para guru
    Maaf ada bbrp kata yg typo pak tp tdk mengurangi makna sih

    BalasHapus
  3. Mantap pa Agus...terus berkarya tulis yang memberikan ilmu.

    BalasHapus
  4. Pak Agus emang mantap..... ga salah kami panggil pak Jen.

    BalasHapus
  5. Teruslah berkreasi pa agus

    BalasHapus
  6. Semangattt trs pa Agus.. Perubahan kecil insya Alloh bisa memberikan dampak yang besar untuk anak didik kita..

    BalasHapus
  7. Semangaat pa agus. Kereen...
    Semangaat bergerak, tergerak & menggerakkan...

    BalasHapus

Posting Komentar